Rakyat Bali mempunyai alasan untuk menolak reklamasi teluk Benoa. Reklamasi teluk Benoa adalah proses di mana teluk Benoa akan diurug dengan tanah untuk menciptakan pulau atau daratan baru seluas 838 ha. Teluk Benoa adalah wilayah konservasi yang tidak boleh dirusak. Karena di sana nelayan lokal mencari nafkah, tanjung benoa juga salah satu daya tarik dari wisata di Bali. Kehidupan bawah lautnya yang indah, dan lautnya yang tenang. Lalu apakah yang akan terjadi bila lautan itu di urug dan diciptakan pulau buatan?
Di sosial media, Reklamasi Teluk Benoa banyak dikupas dari berbagai segi, dari sudut pandang yang berbeda sesuai dengan pandangan dan kepentingan masing-masing.....
Dari sisi awam ada yang menilai dari segi positifnya seperti :
Baliho penolakan reklamasi muncul di mana-mana. Salah satunya baliho penolakan reklamasi yang dipasang di Kelurahan Dauhwaru, Jembrana. Berbeda dengan baliho penolakan serupa, baliho yang dipasang para pemuda dari Sekaa Teruna Sanjaya, banjar Dauhwaru ini turut memaparkan dasar atau alasan penolakan dan dampak apabila reklamasi terus dilakukan. Baliho yang dipasang di pinggir Jalan Ngurah Rai, lingkungan Dauhwaru itu sengaja dipasang untuk memberikan informasi kepada masyarakat yang melintas terkait dampak reklamasi bagi lingkungan.
Dari sisi awam ada yang menilai dari segi positifnya seperti :
- Lapangan Kerja Baru
- Perekonomian Rakyat bahkan Negara akan meningkat
- Semakin terkenalnya Bali di mata dunia
- Gaji meningkat drastis,
- Tergesernya kearifan lokal
- Tergesernya penduduk-penduduk asli oleh pendatang dari berbagai tempat
- Meningkatnya volume air laut sehingga menenggelamkan masyarakat dan desa-desa di pesisir Bali seperti Benoa, Kuta, Sanur, Sidakarya, dst
- Dampak kerusakan alam akibat kerakusan pengusaha akan terus menyebar sampai ke seluruh Indonesia.
- Dan masih banyak lagi.
Baliho penolakan reklamasi muncul di mana-mana. Salah satunya baliho penolakan reklamasi yang dipasang di Kelurahan Dauhwaru, Jembrana. Berbeda dengan baliho penolakan serupa, baliho yang dipasang para pemuda dari Sekaa Teruna Sanjaya, banjar Dauhwaru ini turut memaparkan dasar atau alasan penolakan dan dampak apabila reklamasi terus dilakukan. Baliho yang dipasang di pinggir Jalan Ngurah Rai, lingkungan Dauhwaru itu sengaja dipasang untuk memberikan informasi kepada masyarakat yang melintas terkait dampak reklamasi bagi lingkungan.
Koordinator Gerakan Pemuda Jembrana (GPJ) I Gusti Ngurah Jelantik, Minggu (31/8/14) mengatakan, para pemuda di Dauhwaru bukan hanya ikut-ikutan, melainkan penolakan itu berdasar atas kepedulian mereka terhadap lingkungan. Karena itu dalam baliho itu dituliskan 10 alasan mengapa para pemuda menolak reklamasi.
Sepuluh alasan itu,
- Akan muncul banjir, karena Teluk Benoa merupakan muara bagi sungai-sungai di Bali Selatan. Apabila muara itu tidak ada, bukan tidak mungkin terjadi banjir.
- Hilangnya paru-paru kota, hutan mangrove di sekitar Teluk Benoa menjadi paru-paru kota dan jika ditebang, maka kualitas udara akan menurun.
- Mengorbankan alam. Teluk benoa termasuk wilayah konservasi yang harus dilindungi.
- Reklamasi teluk Benoa akan mengubah arus air laut sehingga memperparah abrasi pantai lain di sekitarnya.
- Menambah krisis air di mana Bali Selatan sudah kekurangan air bersih hingga 7,5 miliar kubik per tahunnya, penambahan hotel di Bali Selatan membuat warga semakin kekurangan air.
- Pembangunan fasilitas pariwisata di atas lahan hasil reklamasi jelas tidak stabil, ibarat gelas di atas tumpukan buku, lebih mudah hancur jika ada gempa apalagi tsunami.
- Adanya ketidakseimbangan pembangunan di Bali, Bali Selatan sudah terlalu penuh dengan pembangunan pariwisata, ketika daerah utara dan timur tidak diperhatikan. Reklamasi Teluk Benoa hanya memperparah ketidakseimbangan pembangunan itu.
- Penambahan hotel akan membuat tingkat hunian makin rendah, saat ini Bali sudah memiliki 90.000 kamar hotel, vila dan penginapan dengan rata-rata okupansi hanya 31-51 persen.
- Sudah saatnya Bali serius menggarap pariwisata berbasis kerakyatan, bukan pariwisata massal yang hanya menguntungkan investor rakus yang ingin merusak alam Bali.
- Ancaman gagal megaproyek seperti yang sebelumnya yang pernah dicanangkan. Banyak contoh rencana megaproyek di Bali, namun gagal seperti Taman Festival di Padanggalak, Bali Turtle Island Development (BTID) di Serangan, serta Pecatu Graha di Pecatu. “10 alasan itu yang mendasari kami warga Jembrana menolak reklamasi Teluk Benoa,” terangnya. Dikutip dari surya dharma/balipost
LOL... artikel nya kek puisi aja,... wkwkwk orang awam ya?
BalasHapuswoi masbroh... mending perdalam wawasan kalo bikin artikel, pantesan sepi pengunjung... biar ilmu nya nambah, emang pemerintah segoblok itu? asal bunyi langsung membangun? -_- mending belajar dlu sana buat artikel biar gak buat orang laen ngakak bacanya, bukannya bagus malah kek puisi alay,... hahaha
LOL... artikel nya kek puisi aja,... wkwkwk orang awam ya?
BalasHapuswoi masbroh... mending perdalam wawasan kalo bikin artikel, pantesan sepi pengunjung... biar ilmu nya nambah, emang pemerintah segoblok itu? asal bunyi langsung membangun? -_- mending belajar dlu sana buat artikel biar gak buat orang laen ngakak bacanya, bukannya bagus malah kek puisi alay,... hahaha