Tidak hanya kukuh untuk tidak mencabut SK reklamsi Teluk Benoa, Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga membuka peluang untuk investor mereklamasi perairan Bali yang saat ini terkena abrasi. ''Supaya kembali lagi, sekarang misalnya di Pantai Lebih yang habis, silakan. Namun investor juga pakai hitung-hitungan, kalau enggak untung ya... dia juga tidak mau, duit-duit dia, ya... kan. Kita logika saja,'' ucapnya saat diskusi terbuka, Sabtu lalu.
Pada diskusi terbuka itu, Gubernur Pastika menuai banyak kritik dan dukungan. Seperti halnya diungkapkan Suata, Ketua Asosiasi Sopir Freelance. Dia mendukung rencana reklamasi Teluk Benoa, karena dinilai akan membawa berkah bagi ribuan anggotanya. ''Kami mendukung rencana Gubernur itu, karena akan membuka peluang bagi kami yang bekerja di sektor pariwisata,'' ucapnya.
Di satu sisi, sejumlah komponen masyarakat menolak adanya megaproyek tersebut, karena dinilai akan merusak alam dan menimbulkan abrasi di sejumlah pantai. Hal itu diungkapkan Pemangku Dalem Setra Tanjung Benoa, Made Nadhi, yang juga kelompok pelestari penyu di kawasan Tanjung Benoa. Pria yang berprofesi sebagai nelayan ini mengaku khawatir dengan adanya reklamasi itu.
Gubernur juga mendapat cercaan dari kalangan akademisi terkait keluarnya SK Gubernur Bali No. 2138/02-C/HK/2012 yang dikeluarkan 26 Desember 2012 dianggap cacat hukum. Mantan Kapolda Bali ini juga ditantang untuk mendatangkan ahli hukum tata negara guna mengkaji keluarnya SK yang didasari pra-kajian.
Setelah setengah hari mendengarkan keluhan dan dukungan, Gubernur akhirnya menyikapi pernyataan para perserta diskusi. Pastika kala itu tidak menjawab satu pun keluhan perserta yang menuntut Gubernur untuk mengurungkan niatnya mereklamasi 838 hektar lahan konservasi itu. Gubernur justru berbalik menceramahi masyarakat yang hadir.
''Jangan hanya berpikiran yang ada sekarang, karena angka pengangguran kita paling rendah di Indonesia sekarang ini 2 persen. Tetapi 5 sampai 10 tahun yang akan datang, kalau tidak ada objek wisata baru yang dibangun, di mana kasi bekerja anak-anak itu, tamatan ISI (Insitut Seni Indonesia) Denpasar banyak, mau ngigel di mana dia? Saya kebayang itu, 5 tahun lagi, 10 tahun yang akan datang,'' katanya.
Gubernur meminta masyarakat tidak hanya melihat proyek tersebut dari sisi profit, namun benafit yang bisa didapat bila proyek itu jadi. ''Kalau profit nanti hitung-hitungan, belum selesai, benfitnya untuk apa pulau ini, di samping untuk teori tsunami dan segala macam. Kita nambah pulau, seharusnya dunia pariwisata mendukung. Sekarang orang lama-lama bosan datang untuk lihat itu-itu terus, kita perlu sesuatu yang baru, kita bersaing sekarang, dengan provinsi lain di Indonesia, dengan negara lain,'' ceramahnya.
Pria yang kali kedua menduduki kursi Bali 1 ini mengaku sayang kepada Bali. Hanya cara mengungkapkan berbeda dengan masyarakat yang selama ini getol menolak kehadiran proyek tersebut. Bahkan, dia mengaku sangat paham dengan ajaran agama dengan konsepnya Tri Hita Karana.
Gubernur juga membuka peluang sebesar-besarnya bagi investor yang ingin mereklamasi perairan di Bali yang selama ini terkikis habis karena abrasi. ''Supaya kembali lagi, sekarang misalnya di Pantai Lebih yang habis, silakan. Namun investor juga pakai hitung-hitungan, kalau enggak untung ya... dia juga tidak mau, duit-duit dia, ya... kan. Kita logika saja,'' ucapnya.
Pastika yang asal Singaraja ini mengaku kerap mendapat komplain dari masyarakat Singaraja, karena tidak membangun wilayahnya dengan mendatangkan investor. ''Saya orang Buleleng, orang Buleleng itu marah karena saya tidak membangun di Buleleng, siapa yang mau ke Buleleng itu persoalannya. Mau lihat apa dia di situ. Lumba-lumba? Lumba-lumba hanya satu, itu pun kejar-kejaran,'' katanya.
Gubernur kala itu juga menyebut Universitas Udayana sebagai salah satu penyumbang banyaknya pengangguran di Bali. Mahasiswa yang diwisuda banyak yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga perlu diciptakan lapangan pekerjaan baru. Salah satunya dengan memberikan investor melakukan reklamasi di Teluk Benoa, di mana akan menyerap ratusan ribu tenaga kerja.
''Hari ini (Sabtu 3/8) tidak tahu berapa ratus mahasiswa Unud yang diwisuda. Berapa orang yang akan mendapat pekerjaan. Hari ini dia boleh bilang sebelum diwisuda dia masih mahasiswa, besok setelah diwisuda dia pengangguran. Sehari setelah diwisuda anda pengangguran, kecuali punya pekerjaan,'' katanya sambil menunjuk ke salah seorang mahasiswa yang hadir dalam kesempatan itu.
Gubernur menjadikan tameng reklamasi sebagai upaya untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. ''Saya mau menyejahterakan rakyat. Setiap individu itu yang 8 juta orang itu harus dipikirkan. Maaf ya anak-anak yang bicara agama, mari kita diskusi agama, mari kita diskusi tentang agama. Ada yang bicara tentang taksu, mengerti gak tentang apa taksu itu, maaf ya belum tentu mengerti itu,'' ucapnya lagi. Demikian dikutip dari harian Bali Post, kini giliran anda berkomentar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar